Haloo semua, nama saya Elicohen Dima Sagala NIM 15515012. Sekarang saya sedang kuliah di prodi S1 Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung. Postingan ini merupakan bagian dari mata kuliah KL 2105 "Bahan Bangunan Laut" dengan dosen Alamsyah Kurniawan, Ph.d
Langsung saja kita mulai.
Penetrasi
klorida kedalam beton bertulang adalah penyebab utama korosi pada struktur
beton di lingkungan laut. Serangan ion klorida ini unik karena aksi utamanya
adalah menimbulkan korosi pada tulangan beton dan relatif tidak menyebabkan
kerusakan pada material betonnya sendiri.
Ion
klorida menyerang lapisan pasif dan ketika konsentrasinya pada permukaan
tulangan sudah mencapai jumlah tertentu, bahkan pada nilai pH yang tinggi,
lapisan pasif tulangan bisa hancur.
Korosi
yang disebabkan klorida diawali dengan pembetukan lubang-lubang di
lokasi-lokasi dimana lapisan pasifnya hancur. Mekanisme khusus ini disebut
sebagai korosi pitting atau korosi sumuran.
Gambar 1.1. Korosi Pitting
Korosi pitting merupakan serangan korosi
yang paling berbahaya untuk tulangan, karena keberadaan daerah anoda yang amat
aktif dan terlokalisasi yang dikombinasi dengan daerah katoda yang luas serta
proses korosinya yang self catalysis, akan menyebabkan reduksi yang cepat dari
luas penampang tulangan, seringkali tanpa adanya indikasi kerusakan yang tampak
pada permukaan beton.
Jika
pada serangan karbonasi seluruh lapisan pasif tulangan akan mengalami depasivasi
setelah terjadinya penurunan nilai pH beton dan berakibat pada korosi merata
(general/uniform corrosion),maka pada serangan klorida mekanisme awalnya adalah
pembentukan lubang-lubang di lokasi-lokasi dimana tulangannya telah di
devasipasi.
Gambar 1.2 Korosi Seragam
Mekanisme penetrasi klorida
kedalam beton
Richardson
(2010) memberikan penjelasan mekanisme korosiyang terjadi pada lingkungan yang
kaya klorida, adalah sebagai berikut:
2Fe → 2 Fe2++ 4e-
Ion Fe positif akan
bereaksi dengan ion klorida membentuk komponen besi klorida (FeCl2)
2Fe2++ 4Cl-→ 2 FeCl2
2FeCl2+ 4H2O →
2Fe(OH)2+ 4HCl
2FeCl2+ 4H2O →
2Fe(OH)2+ 4HCl
Komponen
besi klorida (FeCl2) yang terlarut dalam air pori beton akan
meningkatkan keasaman lingkunganlubang korosi karena akan menurunkan nilai pH
beton, dan ini akan mengakibatkan oksidasi lebih jauh dari besi tulangan.
Klorida
bebas yang di regenerasi dalam proses ini akan meningkatkan laju korosi pada
lubang sumuran.
Siklus Retak-Korosi-Retak pada Beton
di Lingkungan Laut
Gambar 1.3. Siklus retak - korosi - retak pada beton
Masa/Umur Layan (Service Life)
Adalah
perioda saat struktur dapat memenuhi fungsi strukturalnya.
Kebutuhan
untuk memprediksi umur layan yang akurat didasarkan pada:Struktur beton bertulang di
lingkungan laut umumnya hanya memiliki umur layan setengah kali dari umur layan
prediksinya
Biaya
rehabilitasi struktur beton bertulang akibat kerusakan korosi amat tinggi (di
US dan di Inggris masing-masing mecapai US$5 x 1010dan £ 5 x 108 per tahun).
Untuk
menaksir umur dan durabilitas dari struktur beton di laut maka dibutuhkan
prediksi dari proses penetrasi ion klorida kedalam beton.
1. Koefisien
difusi ion klorida
2. Jumlah
konsentrasi klorida kritis pada permukaan tulangan.
Mekanisme
kerusakan struktur beton yang diakibatkan oleh korosi baja tulangan (Tuutti,
1982)
Gambar 1.4. Mekanisme kerusakan beton oleh korosi baja tulangan
Pemodelan kerusakan korosi dan umur layan dari
struktur beton bertulang (Tuutti, 1982)
Gambar 1.5. Tahapan kerusakan korosi dan umur layan struktur beton bertulang
Pemodelan Umur Layandidasarkan pada kerusakan
yang disebabkan oleh korosi tulangan:
1. Model bebas korosi
Penentuan umur layan
didasarkan pada ketentuan tidak boleh ada korosi
2. Model kerusakan korosi yang masih diterima
Penentuan umur layan
didasarkan pada ketentuan boleh ada korosi namun masih pada batas yang bisa
diterima
3. Model Kerusakan akhir
Penentuan umur layan didasarkan pada kondisi ultimate
dari struktur (runtuh).
a. Perioda Inisiasi:
Dimulai dari saat klorida
melakukan penetrasi melalui selimut beton sampai ketika konsentrasinya
di permukaan tulangan mencapai nilai ambang batas tertentu (treshold value) yang
menyebabkan terjadinya depasivasi tulangan
b. Perioda propagasi:
Dimulai ketika tulangan yang
sudah mengalami depasivasi mengalami kerusakan korosi lebih jauh lagi sampai
akhirnya beton mengalami retak-retak dan spalling yang mengindikasikan
kerusakan korosi yang sudah parah
Jika awal terjadinya korosi diambil sebagai kondisi batas kerusakan
struktur, maka akhir perioda inisiasimerupakan kondisi batas →umur layan dari
struktur(model 1).
Jika kondisi batas diambil pada garis kerusakan yang masih bisa di
toleransi pada tahap propagasi, maka umur layan struktur adalah jumlah
dari perioda inisiasi ditambah perioda propagasi sampai pada batas
kerusakan yang tidak bisa diterima lagi (model 2)
Sampai saat ini, penelitian lebih banyak difokuskan pada pengembangan
formula di tahap inisiasi prediksi umur layan struktur beton akibat penetrasi
klorida didasari padaperioda inisiasi korosidari tulangan.
Struktur beton yang berlokasi di zona splashmemiliki risiko korosi
terbesar, sekali korosi berlangsung, maka penyebaranya akan berlangsung amat
cepat karena ketersediaan air dan oksigen dalam jumlah yang banyak perioda propagasi dapat
diabaikan
Prediksi umur layan prediksi perioda inisiasi pada tulangan
betonprediksi laju penetrasi ion klorida kedalam beton sampai
konsentrasinya pada permukaan tulangan mencapai nilai ambang batas.
Prediksi umur layan merupakan masalah yang komplekskarena
banyak mekanisme tranportasi yang terlibat dalam pemodelan laju penetrasi
klorida kedalam beton. Model prediksi yang reliable harus memperhitungkan
kombinasi antara beberapa mekanisme transportasi
MEKANISME PENETRASI KLORIDA MELALUI SELIMUT BETON
Mekanisme yang terlibat adalah :
1. Difusi terutama pada zona terendam dan pasang surut
2. Gaya Kapiler terutama pada zona splash
3. Permeasi dan Difusi terutama pada zona splash
Gambar 1.6. Penetrasi klorida pada selimut tabung
Sampai saat ini, mekanisme tranport yang paling sering digunakan untuk
estimasi penetrasi klorida kedalam tulangan beton adalah mekanisme difusi.
Model yang paling sering digunakan untuk mekanisme difusi klorida
adalah model yang diturunkan dari Hukum Fick kedua. Prediksi umur layan
berdasarkan Hukum Fick kedua melibatkan perhitungan dari koefisien
difusiklorida.
Koefisien difusi klorida merupakan parameter kunci yang digunakan untuk
mengukur laju penetrasi klorida kedalam beton melalui proses difusi.
Hukum Kedua
Fick
•C = C(x,t) adalah konsentrasi klorida pada jarak x dari permukaan, pada waktu
t
•Dc adalah koefisien difusi (m2/detik)
.
Gambar 1.7. Proses Difusi
Langkah-langkah untuk estimasi penetrasi klorida
1. Pengambilan sample beton yang mengandung klorida dilakukan concrete core, drilling
2. Analisa kandungan klorida pada sample beton dilakukan titrasi
3. Hasil analisa konsentrasi ion klorida selanjutnya di plot pada berbagai
kedalaman yang berbeda dari permukaan beton dilakukan menghasilkan profil klorida
4. Dari profil klorida yang diperoleh dan dengan menggunakan persamaan
difusi Fick kedua, koefisien difusi dankonsentrasi klorida pada permukaan
betondapat dihitung.
a. Algoritma untuk estimasi penetrasi klorida
1. Pengambilan beberapa contoh data dari struktur beton yang terkontaminasi klorida
2. Data yang dikumpulkan diambil dan dimasukkan dalam persamaan difusi fick
3. Akan diperoleh Koefisien Difusi (D) dari Ion Klorida dan Konsentrasi Klorida pada Permukaan (Selimut) Beton
b. Profil Klorida Tipikal
Gambar 1.8. Profil Tipikal Klorida
Solusi Persamaan Difusi Fick
Untuk struktur beton pada zona
terendamdan zona pasang surut (nilai konsentrasi ion klorida dianggap konstan).
Cs: konsentrasi klorida permukaan
;
D:koefisien difusi ;
x : jarak kedalaman dari permukaan yang terekspos
Untuk struktur beton pada zona splash
(Nilai konsentrasi ion klorida merupakan fungsi waktu, tidak konstan )
A : nilai laju pelekatan ion klorida pada permukaan beton
Alternatif lain
Untuk zona splash, persamaan difusi yang sama dengan zona terendam bisa
digunakan tetapi dengan nilai koefisien difusi (D) yang telah dimodifikasi.
Asumsi-asumsi untuk Persamaan Difusi Fick
1. Proses difusinya dianggap non-steady state.
2. Ion klorida berdifusi hanya ke satu arah atau proses difusinya adalah
satu dimensi.
3. Koefisien difusi dan konsentrasi klorida dipermukaan beton tidak
berubah dengan waktu.
4. Koefisien difusinya tidak berubah dengan perubahan kedalaman selimut
beton
5. Koefisien difusinya tidak berubah dengan perubahan konsentrasi klorida
didalam beton
Koefisien
Difusi (Dc)
1. Koefisien difusi bukan suatu konstanta, tetapi tergantung pada umur
beton, perbandingan air semen, jumlah dan difusivitas agregat, kelembaban relatif,
temperatur dan mikro struktur dari pasta semen dan agregat dan jenis dan
lamanya perawatan (curing).
2. Koefisien difusi bukan suatu konstanta, untuk suatukondisi exposure
tertentu koefisien difusi adalah fungsi dari lamanya exposure (t), jarak dari
permukaan yang terekspos (x), dan konsentrasi klorida didalam beton.
3. Koefisien difusi terutama amat tergantung pada waktu, dibanding pada
jarak dan konsentrasi
Koefisien difusi akan menurun dengan waktu
Koefisien Difusi untuk
Ordinary Portland Cement
Koefisien difusi akan meningkat
dengan meningkatnya perbandingan air semen.
Koefisien Difusi untuk Blended Cement
Koefisien
difusi akan meningkat dengan meningkatnya perbandingan air semen.
Perbandingan antara OPC and Blended Cement
Membandingkan kedua jenis semen menggunakan kurva pendekatan, nilai
koefisien difusi untuk semen jenis blended memiliki nilai yang lebih kecil.
Variasi D dengan kandungan semen
Pada kasus nilai perbandingan air semen = 0.45, koefisien difusi akan
menurun dengan meningkatnya kandungan semen
Solusi Persamaan Difusi Fick
Profil klorida dan kurva fitting terbaik
Profil klorida pada sebuah jembatan yang berumur 20 tahun
Informasi
yang dibutuhkan untuk evaluasi dari kerusakan yang disebabkan oleh serangan
klorida
1. Penetrasi ion klorida melalui selimut beton
2. Tulangan baja mengalami korosi
3. Terjadi retak-retak akibat korosi
Metode prediksi sederhana
Cs:kandungan Cl-di permukaan beton
x :Tebal selimut beton
Dc:Koefisien difusi yang bisa dihitung dari W/C
Nilai Ambang
untuk Konsentrasi Klorida (Ccr)
Ada jumlah konsentrasi kloridatertentu yang harus di penuhi untuk
terjadinya depasivasi tulangan yang kemudian akan memulai proses korosi
Kemudian
nilai ambang batas klorida
Kemudian
jumlah konsentrasi klorida kritis yang diperlukan untuk berlangsungnya
proses korosi.
Banyak parameter yang mempengaruhi nilai konsentrasi klorida kritis, karenanya
ada sejumlah variasi nilai yang bisa digunakan sebagai nilai ambang batas
konsentrasi klorida. Parameter-parameter yang mempengaruhi nilai ambang batas,
a.l.
►Kualitas beton (jenis
semen, perbandingan air semen, transport zat cair dalam beton)
►Kondisi lingkungan dan
pembebanan, misalnya apakah struktur terletak pada zona splash atau terletak
pada lokasi yang selalu terendam dan temperatur.
Nilai ambang batas klorida bervariasi antara 0,17% dan2,5% berat semen
CEB menetapkankonsentrasi klorida kritis sebesar 0,4% berat semen atau
0.1% berat betonuntuk estimasi penetrasi klorida pada struktur beton bertulang
yang memiliki kualitas baik.
Nilai ambang batas klorida
0,2%berat semen lingkungan
laut (splash)
0,4%berat semen lingkungan
yang tidak terlalu agresif
Nilai ambang batas klorida yang tercantum di berbagai Standar Peraturan
Sumber Klorida
Pada proses pencampuran, ditambahkan kedalam beton, yang menggunakan:
Air laut sebagai air
campuran
Akselerator yang mengandung klorida
Agregat yang terkontaminasi klorida
Pada beton yang sudah mengeras, mekanismenya melalui difusi,
disebabkan:
Penggunaan garam pengencer
Pembasahan dan pengeringan air laut
Penggunaan bahan kimia yang mengandung klorida
Klorida terdapat pada beton dalam bentuk-bentuk berikut :
Ion klorida bebas dalam
larutan air pori
Terikat secara kimiawi dengan produk hidrasi semen
Terserap secara fisik kedalam gel semen sebagai klorida terikat
Hanya klorida bebas yang dapat menyebabkan terjadinya korosi. Klorida
yang terikat tidak akan menimbulkan korosi sampai klorida tsb larut dalam air
pori dan menjadi klorida bebas.
Konsentrasi
klorida permukaan (Cs)
Faktor-faktor yang menentukan tingkat konsentrasi klorida permukaan (Cs)
dipermukaan struktur beton, antara lain:
1. Lokasi
atau jarak dari struktur tsb terhadap sumber klorida → amat menentukan;
semakin dekat jaraknya dari sumber klorida, nilaiCs akan semakin
tinggi.
2. Kondisi
lingkungan
seperti: hujan dan arah angina
3. Material
Kondisi permukaan beton → tingkat kekasaran beton
Nilai konsentrasi klorida permukaan tipikal
Profil
Klorida Bebas terhadap Zona
Profil klorida bebas pada beton OPC, tebal selimut beton
= 5 cm, w/c 0.4,setelah 5 tahun
Profil Klorida Bebas terhadap w/c
No comments:
Post a Comment