Penjelasan Praktikum Tahapan Perencanaan Campuran Beton ( Mix Design )
Pendahuluan
Rancangan beton normal yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan pedoman ACI 211. Komposisi/jenis beton yang diproduksi biasanya bergantung pada:
1. Sifat mekanis beton yang diinginkan
2. Sifat beton segar yang diinginkan, berhubungan dengan penempatan beton nantinya (workability)
3. Teknik pengendalian/control di lapangan
Rancangan beton normal yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan pedoman ACI 211. Komposisi/jenis beton yang diproduksi biasanya bergantung pada:
1. Sifat mekanis beton yang diinginkan
2. Sifat beton segar yang diinginkan, berhubungan dengan penempatan beton nantinya (workability)
3. Teknik pengendalian/control di lapangan
Dalam perencanaan sebuah beton, hal
yang harus ditentukan pertama kali adalah banyaknya bahan yang dibutuhkan dalam
membuat beton tersebut berdasarkan standar yang diberikan. cara menentukan
bahan-bahan tersebut sesuai dengan metode ACI committe 211. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut
1. Pemilihan
Nilai Slump
Jika nilai slump tidak diberikan
dapat dipilih dari tabel dibawah ini untuk berbagai jenis pekerjaan konstruksi.
U
r a i a n
|
SLUMP
[mm)
|
|
Maksimum
|
Minimum
|
|
1. Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang
|
80
|
25
|
2. Fondasi telapak tidak ber-tulang, kaison dan konstruksi
dibawah tanah
|
80
|
25
|
3. Pelat, balok, kolom dan dinding
|
100
|
25
|
4. Perkerasan jalan
|
80
|
25
|
5. Pembetonan massal
|
50
|
25.
|
Tabel 1.1
Nilai slump yang disarankan untuk berbagai jenis konstruksi
2. Pemilihan
Ukuran Maksimum Agregat Kasar
Sebagai pembatasan struktural untuk
penulangan dan pemadatan. Dasar pemilihan ukuran adalah sebagai berikut :
1) 1/5 jarak terkecil antara 2 tepi
bekisting
2) 1/3 tebal pelat
3) 3/4 jarak bersih selimut
beton
4) 2/3 jarak bersih antar tulangan
3. Estimasi
Kebutuhan Air Pencampur dan Kandungan Udara
Jumlah air pencampur persatuan
volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan nilai slump tertentu bergantung
pada ukuruan maksimum agregat, bentuk serta gradasi agregat dan juga pada
jumlah kebutuhan kandungan udara pada campuran. Tabel berikut memperlihatkan
infrmasi menganai kebutuhan air pencampur untuk berbagai nilai slump dan ukuran
maksimum agregat.
Jenis
beton
|
Slump
(mm)
|
Air
(Kg/m3)
|
||||||
10
mm
|
12,5
mm
|
20
mm
|
25
mm
|
40
mm
|
50
mm
|
75
mm
|
||
Tanpa
penambahan udara
|
25
- 50
|
205
|
200
|
185
|
180
|
160
|
155
|
140
|
75
- 100
|
225
|
215
|
200
|
190
|
175
|
170
|
155
|
|
150
- 175
|
240
|
230
|
210
|
200
|
185
|
175
|
170
|
|
Udara
yang tersekap (%)
|
3
|
2,5
|
2
|
1,5
|
1
|
0,5
|
0,3
|
|
Dengan
penambahan udara
|
25
- 50
|
180
|
175
|
165
|
160
|
150
|
140
|
135
|
75
- 100
|
200
|
190
|
180
|
175
|
170
|
155
|
150
|
|
150
- 175
|
215
|
205
|
190
|
180
|
170
|
165
|
160
|
|
Udara
yang tersekap (%)
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4,5
|
4
|
3,5
|
Tabel 1.2 Kebutuhan air pencampuran dan udara untuk berbagai
nilai slump dan ukuran maksimum agregat kasar
4. Pemilihan
Nilai Perbandingan Air Semen
Hubungan rasio air semen dan
kekuatan yang dihasilkan seharusnya dikembangkan berdasarkan material sebenarnya
yang digunakan dalam pencampuran. Sebelum menentukan w/c ratio, sebaiknya
tetukan terlebih dahulu nilai kuat beton rata-rata denga cara :
Fm = fc’ + 1,64 Sd
Nilai rasio air semen dapat dicari
dengan tabeli dibawah ini.
Kuat
Tekan Beton Umur 28 Hari (Mpa)
|
Rasio
Air Semen (Perbandingan berat)
|
|
Tanpa
Penambahan Udara
|
Dengan
Penambahan Udara
|
|
48
|
0,33
|
-
|
40
|
0,41
|
0,32
|
35
|
0,48
|
0,40
|
28
|
0,57
|
0,48
|
20
|
0,68
|
0,59
|
14
|
0,82
|
0,74
|
Tabel 1.3
hubungan rasio air semen dan kuat tekan beton
Kondisi
Pengerjaan
|
Standar
Deviasi
|
|
Lapangan
|
Laboratorium
|
|
Sempurna
|
<3
|
<1,5
|
Sangat
Baik
|
3
- 3,5
|
1,5
- 1,75
|
Baik
|
3,5
- 4
|
1,75
- 2
|
Cukup
Baik
|
4
- 5
|
2
- 2,5
|
Kurang
Baik
|
>5
|
>2,5
|
Tabel 1.4 Klasifikasi standar deiviasi
5. Perhitungan
Kandungan Semen
Kandungan semen dapat dicari dengan
cara :
Berat semen = berat air pencampuran / rasio air semen
6. Estimasi
Kandungan Agregat Kasar
Untuk menentukan kandungan agregat kasar,
tentukan terlebih dahulu modulus kehalusan agregat halus. Semkain halus pasir
dan semakin besar ukuran agregat kasar, semakin banyak volume agregat kasar
yang dapat dicampurkan untuk menghasilkan campuran beton dengan kelecakan yang
baik.
Ukuran
agregat kasar (mm)
|
volume
agregat kasar per satuan berat beton
|
|||
Modulus
Kehalusan
|
||||
2.4
|
2.6
|
2.8
|
3
|
|
10
|
0,50
|
0,48
|
0,46
|
0,44
|
12.5
|
0,59
|
0,57
|
0,55
|
0,53
|
20
|
0,66
|
0,64
|
0,62
|
0,60
|
25
|
0,71
|
0,69
|
0,67
|
0,65
|
37.5
|
0,75
|
0,73
|
0,71
|
0,69
|
50
|
0,78
|
0,76
|
0,74
|
0,72
|
75
|
0,82
|
0,80
|
0,78
|
0,76
|
150
|
0,87
|
0,85
|
0,83
|
0,81
|
Tabel 1.5 volume
agregat kasar per satuan volume untuk beton dengan slump 75 - 100 mm
Untuk campuran beton dengan nilai slump selain
75-100 mm digunakan tabel dibawah ini sebagai faktor koreksi
Slump (mm)
|
Faktor Koreksi untuk Berbagai Ukuran Maksimum Agregat
|
||||
10 mm
|
12,5 mm
|
20 mm
|
25 mm
|
40 mm
|
|
25 - 50
|
1,08
|
1,06
|
1,04
|
1,06
|
1,09
|
75 - 100
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
150 - 175
|
0,97
|
0,98
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
Tabel 1.6 faktor
koreksi untuk nilai slump yang berbeda
BAK = MAK x VAK x Fk
MAK = Berat isi agregat kasar
VAK = Volume agregat kasar
Fk = Faktor koreksi
7. Estimasi
Kandungan Agregat Halus
Tentukan berat jenis beton segar
dengan berpedoman pada ukuran maksimum agregat.
Ukuran
Agregat Maksimum (mm)
|
Massa
Jenis Beton Segar (Kg/m3)
|
|
Tanpa
Penambahan Udara
|
Dengan
Penambahan Udara
|
|
9,5
|
2304
|
2214
|
12,7
|
2334
|
2256
|
19,1
|
2376
|
2304
|
25,4
|
2406
|
2340
|
38,
|
2442
|
2376
|
50,8
|
2472
|
2400
|
762
|
2496
|
2424
|
152,4
|
2538
|
2472
|
Tabel 1.7 estimasi
awal untuk berat jenis beton segar
Berat agregat halus dapat ditentukan dengan :
BAH = BBS - AIR - SEMEN - BAK
BAH = berat agregat halus
BBS = Berat beton segar
BAK = Berat agregat kasar
AIR = berat air
SEMEN = Berat semen
8. Koreksi
Kandungan Air Pada Agregat
Pada umumnya, kondisi agregat tidak
dalam keadaan SSD, sehingga harus ada pengoreksian berat yang ditambahkan
dengan kandungan air dalam agregat.
BAK’ = BAK
+ (BAK x DAYA SERAP AGREGAT KASAR)
BAH’ = BAH
+ (BAH x DAYA SERAP AGREGAT HALUS)
9. Koreksi
Berat Air
Dikarenakn adanya koreksi terhadap
agregat maka air pun akan terpengaruh, karena beberapa berat air diserap
agreagat.
AIR’ = BBS - BAK’ - BAH’ - SEMEN
No comments:
Post a Comment