Haloo semua, nama saya Elicohen Dima Sagala NIM 15515012. Sekarang saya sedang kuliah di prodi S1 Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung. Postingan ini merupakan bagian dari mata kuliah KL 2105 "Bahan Bangunan Laut" dengan dosen Alamsyah Kurniawan, Ph.d
Apa yg dimaksud dengan durabilitas beton ? Durabilitas beton dapat didefinisikan
sebagai ketahanan beton menghadapi serangan-serangan yang merusak baik yang
disebabkan oleh faktor-faktor fisik maupun yang disebabkan oleh faktor-faktor
kimiawi.
Namun sebelum membahas lebih lanjut tentang durabilitas beton, saya akan membahas sedikit tentang zona lingkungan laut dalam dunia Teknik Kelautan
Gambar 1.1. Zona Lingkungan Laut
Zona lingkungan laut dibagi 4 yakni :
1. Zona
Atmosfir Laut
Yakni zona yang tidak terkena air dan hanya terkena atmosfir laut. Intensitas serangan
korosi dipengaruhi oleh jumlah partikel garam yang terbawa angin dan mengendap pada
permukaan struktur. Zona ini rentan terhadap keretakan yang disebabkan oleh proses pembekuan-pencairan dan
perubahan suhu. Frekuensi hujan yang
tinggi dapat mengurangi laju korosi karena dapat menghancurkan endapan garam pada sistem.
2. Zona
Terpercik (SPLASH-ZONE)
Zona ini akan selalu
dibasahi oleh percikan air laut. Rentan terhadap keretakkan yang disebabkan
oleh abrasi, erosi, benturan serta reaksi kimia antara ion-ion agresif yang
terkandung dalam air laut laut dengan beton.
Untuk baja tulangan, zona ini adalah zona yang paling rentan terkena korosi
3. Zona pasang surut (TIDAL-ZONE)
Saat pasang,
struktur akan terendam dan saat surut,
struktur tidak benar-benar kering (karena percikan) serta ENDAPAN GARAM dapat tertinggal pada struktur. Organisme laut dapat tinggal dalam zona
ini sehingga dapat menyebabkan korosi setempat pada baja. Zona ini juga rentan terhadap keretakkan
yang disebabkan oleh abrasi,
erosi, benturan serta reaksi
kimia antara ion-ion agresif yang terkandung dalam air laut dengan beton
4. Zona
Terendam (SUBMERGED-ZONE)
Kerusakan pada zona ini terutama disebabkan oleh reaksi kimia antara ion-ion agresif yang
terkandung dalam air laut dengan beton, seperti misalnya reaksi antara sulfat, klorida dan CO2 dengan beton. Kadar
oksigen terlarut mendekati tingkat jenuhnya /relative rendah. Aktivitas biologi
maksimum. Adanya kandungan sulfide dan
ammonia mempercepat korosi baja.
Kerusakan-kerusakan beton di lingkungan laut dan pantai dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: kerusakan yang
disebabkan oleh faktor-faktor fisik dan
kerusakan yang disebabkan oleh faktor-faktor
kimiawi. Hasil analisa kegagalan
(failure analysis) suatu struktur beton di lingkungan laut yang sudah
mengalami kerusakan parah selalu menunjukkan adanya interaksi dari penyebab fisik dan kimia yang bekerja bersama-sama.
A. Kerusakan Beton
Akibat Fisik
Gambar 1.2. Faktor yang mempengaruhi kerusakan beton akibat fisik
1. Benturan / Beban impact
Beban impact adalah
beban yang datang secara tiba-tiba dan
mempunyai kecepatan yang tinggi.
Ketahanan impact amat tergantung
dari kemampuan beton untuk menahan dan
menyerap energi benturan yang terjadi.
2. Abrasi
Adalah ausnya permukaan beton
yang disebabkan oleh hantaman gelombang
yang
mengandung pasir,
kerikil atau benda padat lainnya.
3. Erosi
Kerusakan
permukaan beton yang disebabkan oleh air,
angin, hujan dan proses mekanik
lainnya yang menyebabkan ausnya permukaan. Ketahanan terhadap erosi dan abrasi amat dipengaruhi oleh kualitas beton, property / kualitas
dari permukaan beton dan kekuatan&kekerasan agregat kasar.
4. Kavitasi
Kerusakan
permukaan beton yang diakibatkan
hantaman air berkecepatan tinggi yang
memiliki gelembung udara dan kemudian pecah dengan kecepatan tinggi pada saat
membentur permukaan beton. Ketahanan
terhadap kavitasi amat dipengaruhi oleh kualitas beton, lekatan antara agregat kasar dan pasta semen serta
ukuran maksimum agregat kasar
Ditinjau dari
mekanisme penyebab fisik, keretakan pada beton bisa disebabkan oleh:
(1) perubahan volume,
(2) pembebananatau karena
(3) terekspos pada suhu yang ekstrim.
Umumnya
keretakan-keretakan yang dijumpai pada suatu struktur beton merupakan kombinasi dari satu atau lebih mekanisme
penyebabnya.
Keretakan(Crack) Pada Beton Segar dan Beton yang Mengeras
Retak pada BETON SEGAR : Plastic
shrinkage dan Crazing
Retak pada BETON YANG MENGERAS: Drying shrinkage, Thermal shrinkage,
Kristalisasi garam, Beban berlebih dan/atau beban siklis, Kebakaran, Pembekuan
dan pencairan
1. Beban Siklis (fatigue load)
Beban siklis sering dijumpai pada struktur-struktur lepas
pantai (akibat angin, arus dan gelombang), jembatan, dermaga. Ketahanan
beton terhadap beban siklis disebut ketahanan fatigue dan amat dipengaruhi oleh
karakteristik lekatan antara agregat dengan pasta semen pada
zona transisinya. Semakin kecil ukuran maksimum agregat semakin tinggi
ketahanan fatigue-nya.
Gambar
1.2. Grafik tekanan akibat beban siklis per satuan waktu
2.
Kebakaran
Pengaruh kebakaran pada beton bertulang tergantung dari tinggi
temperaturnya dan lama terjadinya. Pengaruh kebakaran terhadap kekuatan
komponen beton bertulang adalah
a.
Menurunnya
kuat tekan beton,
b.
Menurunnya
modulus elastisitas,
c.
Menurunnya
kuat lekat baja-beton,
d.
Serta ekspansi
longitudinal dan radialtulangan.
Pembetukan retak akibat kebakaran diawali pada
sambungan-sambungan dan bagian-bagian beton yang kurang kompak (padat).
3.
Kristalisasi
garam
Stress
yang diakibatkan oleh kristalisasi garam pada beton yang permeable dapat
menyebabkan retak-retak dan spalling.
4.
Pembekuan
dan Pencairan
Pada
daerah dingin, kerusakan dan keretakan beton umumnya disebabkan oleh proses
pembekuan dan pencairan yang terus berulang-ulang.
5.
Plastic
shrinkage cracking
Ketika air yang menguap dari permukaan beton yang baru dicor lebih cepat dari air yang
dihasilkan dalam proses bleeding,
maka permukaan beton akan menyusut.
Karena adanya restraindari beton dibawah
lapisan permukaan yang mengering,
timbul tegangan tarik pada beton
yang masih lemah dan baru mulai mengeras, hal ini mengakibatkan retak-retak dangkal dengan berbagai variasi kedalaman. Kadang lebar
retak-retak dipermukaan beton cukup besar.
6. Crazing
Adalah pola dari retak-retak
halus yang tidak menembus jauh
kebawah permukaan dan umumnya hanya merupakan masalah kosmetik. Retak-retak
ini biasanya hampir tidak tampak kecuali
ketika permukaan beton baru saja mengering setelah dibasahi.
7. Drying Shrinkage
Karena hampir semua beton
mempunyai campuran air lebih besar dari
yang dibutuhkan untuk proses hidrasi,
air yang tersisa itu akan menguap, mengakibatkan beton menyusut. Restrain terhadap susut oleh tulangan atau bagian lain
struktur menyebabkan timbulnya tegangan
tarik pada beton yang mengeras. Restrain
terhadap drying shrinkage adalah penyebab retak yang paling umum pada beton. Pada
kebanyakan aplikasi, drying shrinkage tidak bisa dihindari.
Gambar 1.3. Beberapa kerusakan yang dapat terjadi pada beton
B. Kerusakan
Beton Akibat Kimia (Korosi)
Korosi dimulai ketika terjadi kerusakan pada lapisan oksida
pelindung tulangan. Kerusakan ini disebabkan karena terakumulasinya ion
klorida dalam konsentrasi tertentu pada permukaan tulangan atau karena
karbonasi.
Mekanisme kedua jenis korosi ini unik karena aksi utamanya adalah menyerang
tulangan betondan relatif tidak menyerang material betonnya sendiri.
Korosi yang
disebabkan oleh ion klorida dapat mengakibatkan berkurangnya luas penampang
baja tulangansebelum tanda-tanda kerusakan akibat korosi terlihat pada
permukaan beton.
Korosi yang disebabkan oleh penetrasi ion klorida merupakan ancaman
terbesar bukan hanya untuk struktur beton di lingkungan laut/ pantai tetapi
juga untuk struktur beton yang terekspos pada lingkungan yang mengandung ion
klorida.
Pada kebanyakan kasus, yang mengendalikan proses korosi di lingkungan
laut adalah mekanisme penetrasi ion klorida yang masuk kedalam beton melalui
selimut betonnya. Hal ini disebabkan karena air laut mengandung ion klorida yang
amat agresif yang dapat menghancurkan lapisan pasif bahkan pada kondisi nilai
pH yang tinggi.
Beton bersifat basa karena mengandung ion hidroksil (OH-),
kondisi ini menguntungkan untuk tulangan beton, karena ion hidroksil yang
terkandung pada air pori beton tsb dapat bereaksi dengan tulangan baja
membentuk lapisan pelindung pasif atau pasif film pada permukaan tulangan. Lapisan
pasif ini akan bertindak sebagai pelindung bagi tulangan baja dengan cara
menghalangi kontak antara tulangan dengan air dan oksigen.
Jika
lingkungan beton bebas klorida dan karbon dioksida, lapisan pasif akan terus
dibentuk dan terpelihara dan sepanjang lapisan pasif itu utuh.
Ada dua
proses yang bisa menghancurkan lapisan pasif, yaitu:
1. Reaksi karbon dioksida (CO2)
dengan ion hidroksil pada beton, mekanismenya dikenal dengan sebutan karbonasi
2. Penetrasi ion klorida (Cl-) ke
dalam beton
Mekanisme Korosi pada Baja Tulangan
Korosi dari
baja tulangan pada beton adalah proses elektrokimia, sel elektro-kimia
terbentuk ketika terdapat perbedaan potensial sepanjang tulangan beton. Proses
elektro-kimia melibatkan pembentukan daerah anoda dankatoda di dua lokasi yang
berbeda di sepanjang baja tulangan yang sama.
Gambar 1.3. Proses Korosi pada Beton Bertulang
Pembentukan
karat mengakibatkan peningkatan volume beton pada permukaan tulangan di daerah
perbatasan tulangan dan beton (steel concrete interface).
Peningkatan
volume ini harus di akomodasi dan jika beton tidak bisa mengakomodasi maka akan
terjadi retak-retak.
Karbonasi
Karbonasi adalah korosi pada beton bertulang yang disebabkan oleh gas
karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida dalam air laut dapat berasal
dari penyerapan CO2 di atmosfir atau dari pembusukan tanaman laut.
Konsentrasi CO2 di udara sebesar 0,03 % per volume, sudah
cukup untuk menimbulkan serangan pada beton, sedang kandungan CO2 di
udara pada kota-kota besar umumnya mencapai 0,3%.
Hidratsemen yang diserangadalah Ca(OH)2, produk reaksinya
adalah kalsium karbonat (CaCO3). Ketika kandungan Ca(OH)2
hampir habis, CO2 akan bereaksi dengan hidrat kalsium silika (C-S-H)
membentuk gel silika yang memiliki karakteristik pori-pori yang berukuran besar
(> 100 nm).
Jika kandungan CO2 tinggi
(seperti pada daerah muara/ teluk) maka kalsium karbonat yang terbentuk pada
reaksi awal akan bereaksi lebih lanjut membentuk kalsium bikarbonat, reaksinya
seperti dibawah ini:
CO2 + Ca(OH)2→CaCO3 + 2 H2O
→ Ca(HCO3)2
Atau setelah Ca(OH)2habis, CO2 bereaksi dengan hidrat
kalsium silika (C-S-H) membentuk gel silica
CO2 +
CSH → 3CaCO3 + 2SiO2.H2O
Dengan berubahnya Ca(OH)2 yang bersifat basa menjadi asam
karbonat (CaCO3) maka pH pori beton yang sebelumnya berkisar antara
12.6 sampai 13.5 bisa turun dan dapat mencapai nilai pH < 9. Nilai pH yang
rendah akan menyebabkan hancurnya lapisan pasif yang melindungi tulangan beton.
Akibat lain dari perubahan Ca(OH)2 menjadi asam karbonat (CaCO3)
adalah terbentuknya lapisan karbonasi, yang akan membagi beton menjadi dua bagian,
yaitu zona yang terkarbonasi dan zona yang tidakterkarbonasi. Ketika zona
karbonasi mencapai permukaan tulangan, maka depasivasi tulangan mulai terjadi.
Penetrasi dari CO2 kedalam
tulangan beton
Waktu yang
dibutuhkan oleh proses karbonasi dari permukaan beton sampai mencapai lapisan
pasif adalah fungsi dari:
-ketebalan
selimut beton
-karakteristik
beton
-laju difusi CO2 kedalam beton
CO2
berdifusi hampir seluruhnya dalam bentuk gas dan hampir tidak pernah berpenetrasi
kedalam beton yang jenuh. Dilain pihak, reaksi dengan Ca(OH)2hampir
tidak pernah terjadi jika beton benar-benar kering. Jadi depasivasi tulangan oleh
CO2 amat tergantung pada kandungan air / kelembaban beton.
Sering diasumsikan bahwa laju karbonasi adalah fungsi dari kekuatan beton,
asumsi ini kurang tepat karena laju karbonasi sebenarnya lebih tergantung pada mikrostruktur
permukaan beton pada saat diffuse CO2 berlangsung. Karenanya pengaruh perawatan
(curing) beton terhadap karbonasi amat besar. Perawatan yang kurang tepat akan meningkatkan
porositas beton yang selanjutnya akan meningkatkan laju karbonasi